RSBNganjuk : RS Bhayangkara Nganjuk bersama POLRES Nganjuk menggelar vaksinasi booster di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur untuk para santri Sebanyak 1.000 santri dan warga mendapat vaksin booster atau dosis ketiga.
“Dengan adanya vaksinasi booster ini, para santri yang telah menyelesaikan tes dan diklat calon muballigh-muballighoh di Ponpes Al Ubaidah memiliki ketenangan untuk pulang atau terjun ke tengah-tengah masyarakat, karena telah mendapat vaksin dosis ketiga,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Al Hasany, dalam siaran pers, di Kertosono, Selasa (19/2/2022).
Program vaksinasi yang dilakukan di Ponpes Al Ubaidah, merupakan bagian dari menyukseskan program pemerintah. Ia mengatakan, pemerintah telah menetapkan syarat mudik, yakni pemudik harus telah divaksin dosis ketiga.
“Aturan ini bertepatan pada tanggal 25 nanti, seluruh santri telah menyelesaikan ujian dan pembekalan, dan harus pulang ke rumah masing-masing,” ujarnya.
Selain itu, saat berbicara di depan ribuan santri, Habib Ubaidillah mengungkapkan, keresahan dan kekhawatirannya mengenai dunia yang akan dihadapi para santri, ketika terjun di tengah-tengah masyarakat. Menurutnya, sebagai juru dakwah di tengah masyarakat, mereka akan menjumpai banyak persimpangan jalan, yang ia maksud adalah keyakinan dan kepahaman yang berbeda.
“Bahkan dihadapkan pada paham radikalisme yang anti kebhinekaan dan Pancasila,” kata Habib Ubaidillah.
Untuk itu, ia berharap, dengan pengetahuan dan wawasan yang diberikan di Ponpes Al Ubaidah mengenai kebangsaan, para santri tidak terpengaruh apalagi terpapar radikalisme. Menurutnya, untuk menanamkan nasionalisme, cinta tanah air, dan kebangsaan, Ponpes Al Ubaidah juga telah bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kodim, dan Polres Nganjuk.
Senada dengan Habib Ubaidillah, Kapolres Nganjuk, AKBP Boy Jeckson Situmorang mengingatkan, bahwa para santri Ponpes Al Ubaidah, bakal dihadapkan dengan dinamika perkembangan zaman, yang cukup pesat terkait perkembangan teknologi.
“Akademisi Kepolisian ataupun pondok pesantren, semuanya ditempa dengan idealisme yang sama dan dalam kondisi ideal. Tetapi begitu menghadapi dunia nyata, maka seleksi alam terjadi. Namun tidak semua lulusan Akademi Kepolisian bisa mencapai pangkat sesuai levelnya, karena tidak mampu menghadapi banyak cobaan dan ujian duniawi,” katanya.
AKBP Boy Jeckson mengimbau, agar para santri ketika menemui persimpangan jalan di dunia nyata yang tak selamanya lurus.
“Saat menemukan persimpangan, pejamkan mata kalian, berdoa kepada Allah dan gunakan hati nurani Anda, yang akan menuntun ke jalan yang benar,” katanya.
Ia mengemukakan, idealnya jangan memakai logika-logika duniawi karena dapat membawa kepada kesesatan. Menurutnya di tengah-tengah masyarakat, para santri harus bisa membawa diri. Pasalnya, mereka akan menghadapi banyak keyakinan dan kepercayaan, serta berbagai agama.
“Banggalah menjadi santri, karena memiliki kelebihan dibanding remaja lainnya. Para santri harus lebih cerdas, lebih sehat, lebih amanah atau lebih CSA. Lebih cerdas karena selain belajar ilmu agama juga belajar ilmu pengetahuan umum. Lebih sehat, karena bangun pagi untuk salat Subuh, mencium udara yang bersih hingga tidur dengan jadwal yang teratur,” katanya.
Lebih lanjut, hal ini tentu berbeda jauh dengan para remaja yang tidak berada di pondok pesantren. Gaya hidup mereka, umumnya bisa tidak sehat, dan pola makannya tidak sehat.
“Banggalah menjadi santri, sebab alumni pesantren saat ini tidak hanya menjadi guru atau kyai. Mereka juga bisa berdasi dan menjadi pengusaha yang mandiri,” katanya.(ac)
Sumber : https://rri.co.id